Kamis, 25 Desember 2014

Tabungan Kematian


Judul di atas mungkin menimbulkan kebingungan dan tanda tanya bagi para pembaca. Mungkin sebagian orang mengira apakah tabungan kematian ini untuk mengumpulkan uang sehingga seseorang yang akan meninggal telah siap secara finansial untuk membiayai prosesi sejak datangnya ajal hingga pemakamannya bahkan saat acara “tahlilan”. Atau mungkin ada yang menyangka tabungan kematian ini digunakan sebagai warisan untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga yang ditinggalkan sehingga tidak akan kekurangan.

Sebenarnya penulis memilih untuk menggunakan istilah yang tidak lazim ini untuk menekankan pentingnya momentum kematian bagi seorang manusia. Tabungan kematian yang dimaksudkan disini adalah upaya kita untuk “menabung” semua hal yang berguna pada saat kita menghadapi kematian.


Mengapa diperlukan tabungan kematian

Bukankah telah banyak orang mempunyai tabungan untuk mempersiapkan momen pernikahannya dan kelahiran anaknya atau bahkan menabung untuk berjaga-jaga saat dia sakit, entah dana itu dalam bentuk asuransi ataupun tabungan biasa. Tidak sedikit juga orang menabung untuk hari tua, pendidikan anaknya dan bahkan untuk jalan-jalan di masa liburannya.

a.    Tidakkah kita menyadari bahwa momen pernikahan dan kelahiran adalah hal yang belum pasti terjadi karena bisa jadi seseorang wafat dalam kondisi belum menikah dan tidak sedikit banyak manusia yang tidak memiliki keturunan. Jika untuk hal yang belum pasti terjadi saja kita telah mempersiapkan tabungan, lalu kenapa untuk kematian yang pasti terjadi kita tidak menyiapkannya?

“Tiap-tiap yang berjiwa (pasti) akan merasakan kematian… (QS. 3. Ali Imran : 185)

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…. (QS 4. An Nisa’ : 78)”

b.    Tidakkah kita menyadari bahwa momen pernikahan adalah hal yang bisa ditunda ataupun dimajukan pelaksanaannya. Jika untuk hal yang saat pelaksanaannya bisa diubah saja kita telah mempersiapkan tabungan, lalu kenapa untuk kematian yang tidak bisa dimundurkan dan dimajukan kedatangannya kita tidak segera menyiapkannya?

“…Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan (nya)” (QS. 10. Yunus : 49)

c.    Tidakkah kita menyadari bahwa cobaan berupa penyakit yang akan menimpa kita sebenarnya rasa sakitnya walau memang berat dirasakan tapi tetap tidak akan menyaingi dahsyatnya dan beratnya sakaratul maut. Jika untuk hal yang “sedikit sakit” saja kita telah mempersiapkan tabungan, lalu kenapa untuk kematian yang pasti terjadi kita tidak menyiapkannya?

“Tidak ada sesuatu yang dialami anak Adam dari apa yang diciptakan Allah lebih berat daripada kematian. (HR. Ahmad)”

Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)

Dalam sebuah kisah, Nabi Isa as ditantang kaumnya untuk menghidupkan Sam dan Nabi Nuh as. Nabi Isa alalu pergi ke makam Sam dan Nuh as. Setelah sholat di atas kuburnya, Nabi Isa as. berdoa meminta Allah untuk menghidupkan kedua mayat itu. Atas kekuasaan Allah kedua mayat yang sudah lama meninggal itu bangkit kembali dari kuburnya. Rambut di kepalanya sudah memutih. Begitu melihat keduanya hidup kembali, Isa bertanya, "Berapa lama kau sudah meninggal?" tanya Isa. Keduanya lalu menjawab "Empat ribu tahun, tetapi sampai sekarang belum hilang rasa sakit saat skaratul maut.". Melihat mukjizat Allah ini, berimanlah kaum nabi Isa yang semula kafir itu.

Dalam  kisah yang lain, suatu ketika Nabi Idris a.s. memohon pada Alloh SWT agar ia dicabut nyawanya kemudian dihidupkan kembali  agar bertambah rasa takutnya kepada Alloh dan meningkatkan amal ibadahnya. Setelah dicabut nyawanya dan Alloh menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali, lalu ia ditanya Malaikat Izrail tentang sakaratul maut. Nabi Idris a.s kemudian menjawab "Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Lalu Malaikat Izrail berkata, "Itu adalah caraku mencabut nyawa dengan lemah lembut, hal ini belum pernah kulakukan sebelumnya dan baru kulakukan terhadapmu".

d.    Tidakkah kita menyadari bahwa ketika kita bepergian ke suatu tempat, sejauh apapun lokasinya tetap hanya ditempuh dalam beberapa hari saja. Jika untuk bepergian yang “dekat” saja kita telah mempersiapkan tabungan, lalu kenapa kita tidak menyiapkan untuk kematian yang nantinya kita akan menempuh perjalanan menuju akhirat yang sangat jauh dan akan kekal selama-lamanya?

“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal (QS. 40. Al Mu’min : 39)

Apa yang perlu “ditabung”

Untuk mengetahui apa saja yang perlu kita “tabung” dalam menghadapi kematian, sebelumnya perlu mengetahui beberapa hal yang terjadi saat sakaratul maut datang.

a.    Ada beberapa orang yang meninggal dalam kondisi kebaikan (husnul khatimah) yang antara lain tandanya adalah ajal datang di saat ia menjalankan keta’atan kepada Allah dan rasul-Nya, seperti meninggal dalam keadaan shalat, puasa, haji, umrah, dalam keadaan berjihad di jalan Allah atau dalam dakwah kepada Allah. Demikian juga ada yang mati dalam kondisi buruk (su’ul khatimah) yang antara lain tandanya adalah mati di saat ia berbuat ma’siat dan lalai akan agama.

b.    Orang yang sholih akan dicabut nyawanya dalam kondisi yang tenang sementara orang yang tidak taat pada Alloh akan dicabut nyawanya dengan keras.

“Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras. Dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut (QS 79. An Naazi’aat : 1-2)

(Orang yang bertaqwa adalah) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun 'alaikum , masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan." (QS 16.An Nahl : 32)
     
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu"….(QS 6.Al An’am: 93)”

c.    Jika kita wafat dengan mengucap kalimat tauhid maka kita akan beruntung.
“Barangsiapa akhir ucapannya di dunia ini adalah Laa Ilaha Ilallah, dia masuk sorga.” (HR. Abu Dawud dan al-Hakim)

Kita mungkin berpikir apakah sedemikian mudahnya syarat untuk masuk surga? Jika kita saksikan orang yang sedang menghadapi sakaratul maut, tentunya kita memahami bahwa tidak semua orang mampu mengucap kalimat keimanan ini. KH Abdullah Gymnastiar sering mengingatkan kita bahwa ceret akan menumpahkan apa yang ada di dalamnya. Tidak mungkin ceret berisi kopi akan mengeluarkan susu. Jika kita ingin mampu mengucap kalimat thayyibah, maka hati kita haruslah juga dalam kondisi yang thayyibah (baik).

Dari ketiga hal di atas, tentunya kita dapat menyimpulkan bahwa apabila kita ingin memperoleh kondisi kematian yang baik, dimudahkan oleh Alloh dan akan memperoleh tiket surga maka kita harus menjadi orang-orang yang sholih. Untuk itu, marilah kita menabung kesholihan kita dengan memperbanyak amal sholih dan memiliki hati yang bening penuh dengan mengharap ridho Alloh.


Kapan harus “menabung” untuk kematian

Hari demi hari, umur kita kian bertambah dan semakin dekat kita menuju liang kubur. Angka harapan hidup manusia pun saat ini tampaknya makin berkurang karena saat ini sudah sangat jarang orang wafat dalam umur 100 tahun. Tingkat kematian akibat kecelakaan dan bencana alam pun sudah makin meninggi. Terlebih lagi, begitu banyak jenis penyakit yang berbahaya dan berujung pada kematian.

Manusia pun sebenarnya selalu diingatkan bahwa ia sedang berjalan mendekati kematian. Dalam sebuah kisah, Nabi Ya’kub as diceritakan dikunjungi Malaikat Izrail untuk bersilaturrahim. Nabi Ya’kub lalu mengajukan permohonan agar jika malaikat maut datang di kemudian hari untuk mencabut nyawanya, malaikat maut harus mengirim utusan untuk memberitahukan bahwa ajalnya makin dekat.

Setelah sekian lama waktu berlalu, ketika Malaikat maut datang menemui Nabi Ya’kub AS untuk mencabut nyawa, Nabi Ya’kub bertanya, "Bukankah aku minta agar dikirimkan utusan terlebih dahulu?" Malaikat maut menjawab, "Demi Allah, telah banyak utusanku memberi peringatan wahai Nabi Allah,” Nabi Ya’kub berkata,"Aku tidak mengetahui dan mengenalinya," Malaikat maut menjawab pula, "Utusanku itu berupa sakit yang kau derita, uban yang makin banyak di rambutmu, pendengaranmu yang makin berkurang dan penglihatan yang makin kabur."

Jika ada yang di antara kita ditanya, “Siapkah Anda untuk mati saat ini?”. Kebanyakan bahkan mungkin seluruh orang akan menjawab, “Saya belum sanggup dan belum mau mati saat ini.” Jika kita mengingat kembali bahwa ajal tidak mungkin ditunda waktunya, maka sebenarnya ajal bukanlah sebuah pilihan namun sebuah kepastian. Untuk itu, mau tidak mau dan suka tidak suka, kita sudah harus banyak-banyak “menabung” kesiapan kita untuk menghadapi maut.

Mari kita “menabung” untuk kematian mulai saat ini juga. Mari kita sering-sering bertanya pada diri sendiri, “Sudah berapa banyak saldo tabungan mautku saat ini, apakah cukup banyak amalannya atau malah defisit?”. Mari kita pergunakan seluruh kemampuan dan apa yang ada pada diri kita untuk kebaikan.

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (QS. 63. Al Munafiqun :10)
 
Manusia yang paling cerdas itu adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk itu. Para sahabat bertanya: Adakah baginya tanda-tanda ya Rasulullah? Rasul menjawab: Ada, yaitu menjauh dari tipu daya (hura-hura) kehidupan dunia dan mendekat kepada kehidupan yang kekal (akhirat). Apabila telah masuk cahaya (nur) ke dalam hatinya, dia buka dan lapangkan hatinya untuk mempersiapkan diri sebelum maut menjelang,” (H.R. Ibnu Majah).

Minggu, 12 Oktober 2014

Santunan yang Rutin dilakukan FOSI

1. Santunan 100 anak Yatim Duafa di Sekeloa




2. Santunan Janda Duafa





Rihlah dan Tadabur Alam


Libur panjang... gak ada kegiatan... jangan khawatir ikut aja Pesantren Kilat bersama FOSI. dijamin Seruuuu...


Pelatihan pelatihan yang telah dilakukan oleh FOSI.

1. Perakitan PC Komputer



2. Internet Marketing


3. Kewirausahaan


4. Pelatihan Sablon


5.

Sekretariat

Masjid Al Fathonah
Jl. Sekeloa Utara RT 06/06 Bandung 40134
Tlp. 022-70748991 / 08179200271

   
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Alloh pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka, dan bagi mereka pahala yang banyak. (QS 57:18)

Donatur FOSI

Warga Kel Sekeloa
Donatur
Sponsor

Mitra FOSI

Kelurahan Sekeloa
Ibu PKK Kel. Sekeloa
Ummah.Com
IMunCoDe OnlineShop
IM-Loket Payment on your hands
MKM Muda Kreatif Mandiri

Mutiara Qur'an

Popular Posts

Mading FOSI

FOSI Menyantuni 100 Anak yang Tersebar di Kelurahan Sekeloa

FOSI adalah sebuah Lembaga yang bergerak dibidang Sosial dan Pendidikan

Sumber Dana FOSI berasal dari Kencleng Dakwah yang Tersebar di kelurahan Sekeloa, para Donatur dan Sponsor